Tersirat Makna
Dibaliknya
Semburat
memerah menyelimuti langit bumi menyinarkan cakrawala kehidupan, kicauan burung
nan tasbih menggema bersama gemericik embun dedaunan yang berjatuhan dan tak
kalahnya lambai pepohonan meramaikan suasana dengan sejuknya hawa yang segarnya
menyejukkan hati. Dibalik tirai kehidupan derit klakson yang berbunyi pertanda
awal pagi di kota metropolitan ini.
Sejenak kuterdiam memandang langit
bumi yang indah dibalik bangunan kokoh bercat putih, dalam gumamku terpikirkan
akan keadaan kini yang telah terlewat hari yang berlalu dan tak terulang
kembali dimana hari-hari penuh canda tawa, suka duka dan pahit manisnya
kehidupan mewarna.
Sembari kumelihat kalender putih
itu, menghitung bulan yang telah berlalu, kutersenyum dan dari hatiku terdalam
bertanya tanya sendiri bukankah diri ini begitu tercengang ketika 7 bulan sudah
ku berada di tempat perjuangan ini begitu tak terasa waktu berjalan mengitari
roda kehidupan dan semua kan menjadi saksi bisu perjuangan bersama para
mujahidah dakwah disini.
Langit yang mulai gelap dengan
bertaburkan rona hitam antara putih dan birunya langit seakan mengingatkanku
tentang suatu hal, bahwa segala suka dan duka kehidupan indah diatas takdirNya
namun keluhan seorang manusia terhadap kehidupan yang terus menghujam dinding
kehidupan kian meretakkan nan kian merobohhkan. Astaghfirullah. Ketika rintikan
hujan pun membasahi alam memberikan sumber kehidupan makhluk disegala penjuru
tempat dan akan diakhiri dengan pelangi yang memancarkan keelokkannya semakin
menguatkan diri ini bahwa keras, perih dan jua lelahnya dalam perjalanan
menimba ilmu itu bukanlah hal yang mudah bahwa semua perjalanan panjang ini
harus dilewati dengan perjuangan yang dibalut dengan kekuatan baja yang
mengakar kuat dan hingga akhirnya nanti akan menuaikan hasil seindah pelangi
yang menggembirakan hati atau bahkan mungkin lebih dari itu karena rencana
Allah itu memang sangatlah indah dan tak terduga duga dan jua bahwa sebuah
usaha tak akan pernah membohongi hasil. Diri ini pun teringatkan dengan sebuah
mahfudzot yang bermakna “Barangsiapa menanam akan menuai”. Sudah seharusnya
hati ini bersikap dewasa pula, karena perjalanan ini baru dimulai, masih
pemanasan yang mantap agar kelak saat action nggak mudah tumbang.
MaasyaAllah indahnya kuasa Sang Maha Pemilik jiwa, terpikat hati kala membaca
ayat alam yang terhampar. Kembali senyum ini merekah dan menanamkan semangat
yang kian menggelora untuk melanjutkan perjalanan panjang penuh perjuangan ini.
Kala dingin menusuk tulang, enggan
rasanya terbangun dari bunga mimpi panjang ini. Namun segera ku tersadar untuk
bermesra dalam sunyinya waktu itu bersama Sang Penggenggam jiwa. Suasana sejuk
nan hawa segar ini membawakan aroma kerinduan yang mendalam pada diri ini.
Disinilah kala waktu kerinduan pada keluarga yang dapat tertumpahkan. Adakala
waktu lainnya yakni, penantian mahasiswi menghitung dan menunggu hari ahad
tiba, dimana hari yang dinantikan kehadirannya untuk sejenak melepas kerinduan
pada orangtua tersayang. Cukup dengan 10 menit mereguk keberkahan mengilangkan
sejenak kerinduan yang tertahan dan itupun terkadang khilaf diri melebihi waktu
segera cepat ku harus tersadar akan kekhilafan itu karena itu adalah sebuah
kedzaliman yang sudah seharusnya tidak dilakukan oleh seorang muslimah sejati.
Inilah masa pesmi yang selalu dirindukan. Disini ku dapat mengambil hikmah
kehidupan yang amat besar dibaliknya. Sesekali tangis itupun terpecah saat rasa
itu menggelora dalam dada kuteriakkan dihati akan rindu yang tak tersampaikan.
Saat ini mulai tersadar bahwa susahnya kawan ketika ingin menghubungi orangtua.
Ini adalah hal besar yang patut disyukuri bagimu bahwa nikmat Allah yang
melimpah ruah hanya tinggal diri ini yang harus banyak belajar dari lingkungan
untuk mengambil pelajaran berharga, akupun semakin memahami bahwa hanyalah
dengan doa yang akan dapat meredam luka rindu, mempererat persaudaraan dan
dengannya pula mendekatkan yang jauh.
Berjalannya diri ditengah bangku
perkuliahan yang kian menyibakkan keseriusannya, kini ku mendapatkan suatu hal
yang berbeda sungguh hal yang amat mengagumkan dan mematrikan sebuah memori
kenangan. Dimana Sang penerang diri yang amat sangat mencontohkan
kewibawaannya, mengajarkan dengan penuh tulus dan semangat yang tak pernah
rapuh walaupun tak faham fahamnya nya mahasisiwi tetap beliau kobarkan
semangatnya mendidik kami dengan senyuman kebahagiaan, sentuhan halus
kelembutan dan tak telak pula goncangan milyaran untaian kata hikmah menerobos
halus perlahan kedalam hati terdalam kami, sungguh ini adalah suatu hal yang
amat sangat berharga. Dihiasi pula dari cerita perjalanan hidup pahit
beliau-beliau yang dihiasi dengan milyaran ujian kehidupan yang beliau-beliau
jalani dengan penuh kesabaran dan senyuman ketulusan yang terdengar olehku dari
setiap pelosok kampus semakin mengobarkan semangat tinggi kami.
Usainya hari perkuliahan yang
sejenak ini dibalik bangunan bercat putih itu kumenikmati sunyinya sore di
tengah padatnya kota metropolitan ini, dengan membawa beberapa tumpukan buku
serta pegangan hidup seorang muslimah sejati kumemandangi hijaunya beberapa
pepohonan dan langit yang terhampar dengan mega yang menghias. Waktu kian berlalu
hingga kutenggelam dalam kenyamanan ini. Kudengar suara langkah kaki di kelas
panggung seketika ku menolehkan arah datangnya ramai suara itu dan seakan hal
itu menampar hati egoku yang terdalam dimana nikmat waktu luang yang telah
diberikan padamu amat besar, hanya terkadang kau belum mengetahui hakikat
nikmat itu dengan baik. Karena dibalik kehidupan terdapat makna besar bagi yang
mau mengambilnya namun karena diri yang tidak memperhatikan sehingga tak
tersadarkan. Maka dari itu perhatikanlah sekitar dengan baik dan teliti serta ambillah
hikmah sebanyak-banyaknya!
Sudah sewajarnya setiap dari insan
mendapat sebuah amanah dan wajib baginya untuk menjaga. Amanah adalah suatu titipan
illahi yang harus disampaikan ataupun digunakan untuk hak-haknya, walaupun itu
sekecil bak semut dibalik ranting pepohonan yang rasanya tak nampak di mata
para insan ataupun makhluk lainnya. Tak cukup bila rasanya ku sebutkan satu
persatu, hanyalah satu yang diambil dari kehidupan disini dengan adanya sebuah
piket harian mahasiswi dimana kita diamanahi untuk melakukannya dengan segenap
kesadaran masing masing individu dan tugasnya pengurus hanyalah mengingatkan kami
itupun tak dapat semua terkontrolkan karena sudah sewajarnya sebagai seorang
muslimah sejati menjalankan amanah sebaik mungkin namun tak luput dari itu
adakalanya sebuah kekhilafan seseorang. Semua itu dapat kita kontrolkan dengan
baik, diri ini pribadi melakukan melalui adanya mutaba’ah harian da’iyah pribadi
mengajarkan diri untuk membuat sebuah muhasabah piket, darinya kita dapat terus
mengintropeksi diri dan menjadi lebih baik untuk kedepannya. Nah segala hal
memanglah banyak terdapat hikmah yang tak nampak kembali nyalah ke diri kita
masing-masing yang ingin memperhatikan ataukah tidak.
Kulangkahkan kaki dengan semangat
yang kian meronta menuju sebuah tempat tumpukan barisan rapi teman terbaik
dalam hidup disini kutemukan sebuah kehangatan yang terbalut dalam keluarga
komunitas ini yang terkumpulkan masing-masing individu yang sama-sama memiliki
kesukaan yang sama dan jua mempunyai tujuan yang sama untuk menyuburkan tanah
dakwah diseluruh penjuru alam dengan karya-karya yang dimilikinya. Kuteringat
sebuah kata bijak seseorang bahwa dengan “menulis dunia akan mengenal kita dan
dengan membaca kitapun akan mengenal dunia”. Komunitas inilah yang disebut
KOMPUS yang telah banyak mengajarkan dan menyadarkan diri dalam kehidupan ini,
dimana yang telah mengukirkan saksi bisu perjuangan dakwah kami yang banyak
memberi kenangan yang indahnya tak dapat
terucapkan oleh kata-kata. Darinya pula dibimbing oleh seorang guru
kehidupan dalam menjalani komunitas ini. Kami saling melengkapi dan belajar
sesama. Yang paling terkesan adalah ketika bermalam dengan jalan dakwah kami
bersama komunitas ini. Proses kami tak terlihat namun dimana hasilnya yang
harapannya agar menjadi penyalur media dakwah dan penginspirasi para insan.
Beranjak darinya, dengan bermodalkan
lembaran kertas dan setetes tinta dalam genggaman diri, semangat kian
mengobarkan api ide dan gagasan diri untuk terus menekuni dunia penulisan
sebagai ladang latihan dakwah dimasa mendatang nantinya. Disini kutemukan
pelajaran amat berharga semakin menyemangati diri ini untuk menggeluti dunia
kepenulisan, itulah sebuah cita-cita yang sempat akan terhapuskan dalam kalbu
kian harap. Disini Allah tunjukkan cahayaNya yang terangnya menerangi bilik
kehidupan di tempat perjuangan ini, dengan adanya buku harian seorang da’iyyah
Ilallah memberikan motivasi tersendiri bagiku untuk terus menulis dan tak terus
hingga tak terhenti begitu saja. Memang jalan yang Allah berikan adalah yang
paling terindah dengan caraNya yang terindah terkuak kado yang menakjubkan
persada bumi.
MasyaAllah, cahaya Illahi telah
menerangi dengan pancarannya yang meronakan kebahagiaan dalam setiap dinding
kehidupan. Bukankah rasa syukur itu seharusnya terucap dan tak terhenti hingga
kapanpun dengan diiringi oleh bunga ketakwaan yang harumnya tercium hingga
seluruh penjuru alam dihiasi dengan rasa malu akan nafsu kemaksiatan dan saling
bersikap baik dengan sesama insan bahkan seluruh makhlunya, walaupun kira
disakiti tetaplah tersenyum dan membalas nya dengan semerbak kasih sayang dan
jika ada keluhan yang akan terlontarkan cobalah ingat kembali bahwa jutaan
bahkan lebih tak terhitung nikmat melimpah ruah yang diberikan tak sepadan
dengan apa yang akan kita keluh-keluhkan. Bukankah seperti itu seorang muslimah
sejati yang sesungguhnya?
The End
#Terkadang manusia meremehkan hal kecil dalam kehidupan padahal
sejatinya dari situlah kau dapat
mengambil makna kehidupan yang sesungguhnya
#Belajarlah dari sekitar! Amati, perhatikan dan ambillah pelajaran
darinya
#Belajarlah dimanapun kalian berada dan dengan siapapun
#Dibalik tirai kehidupan terdapat makna indah yang tersirat
at STID Mohammad Natsir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar