Semilir angin menyelinap halus dengan tenangnya menambahkan
kehangatan angin malam kala itu. Terpintas harapan jauh memandang di masa akhir
duduk di bangku sekolah. Sempat terbayangkan akan hal besar yang harap-harap
cemas untuk mendapatkannya. Namun semua itu terasa sirna tersimpan dalam lubuk
hati terdalam. Gejolak amarah menggelora dalam diam penuh pertanyaan dalam
hati.
Ya, inilah
kesibukan masing-masing nampak dari setiap kawan seperjuangan yang mondar
mandir menuju salah satu tempat terfavorit di pesantren untuk mencari dan
mendapatkan berbagai hal informasi dan yang amat dibutuhkan bagi santri akhir
pesantren adalah universitas ternama dan terkenal seantero jagat raya Indonesia
ini bahkan sampai luar negeri pula, yakni warnet sekolah. Kala itu aku sedang
berdiri tegak sembari menghafal beberapa ayat-ayat Al-Qur’an didepan kelas
bertingkat bangunan berwarna putih sembari tersenyum memperhatikan
kertas-kertas formulir pendaftaran yang dibawa oleh kawan-kawan seperjuangan.
Sedangkan diriku
ini lebih memutuskan harapan orangtua untuk merantau jauh ke kota Jakarta. Ya,
sempat terbayang seram dan takut dalam diri ini karena aku akan meninggalkan
kota pelajar dan kota kelahiranku yang tersimpan banyak kenangan dan cerita indah.
Aku akan mengikuti jejak kuliah kakakku, yakni STID Mohammad Natsir. Sebelumnya
aku tak pernah mengenal universitas tersebut. Namun sejujurnya kebingungan
melanda karena tak mungkin orangtua memperbolehkanku untuk kuliah di Yogyakarta
yang hanya sekedar kuliah di universitas negeri. Terbayang-bayang perkataan ibu
kala nasihat halusnya merasuk kedalam relung jiwa terdalam bahwa “merantaulah
keluar kota dan carilah pengalaman yang banyak bekal masa mendatang lebih baik
nak”.
Aku hanya bisa
mengungkapkan keinginan lewat diary hijau bertalikan pita. Kutuliskan
beberapa impian ku yakni: menghafal Al-Qur’an, menjadi seorang psikolog,
dokter, penulis dan motivator. Terkadang tawa itu terpecah malu kata mengingat
akan banyaknya impian yang kuinginkan itu. Sembari ku duduk melamun didepan
kelas. Derr, tiba-tiba sahabat karibku mengagetkanku. Sontak aku
terdiam. “Mba zak, lagi ngapain?”. Tanya Rahma dengan penuh keheranan. “hmm,
ngga papa ma”. Ucap ku dengan penuh malu. “Ayolah ceritakan padaku ada apa
dengan dirimu?”ujar Rahma dengan lembutnya. “ini lho, lagi memikirkan impian ku
dimasa depan nanti. Namun sepertinya semua itu tak mungkin”. Jawabku sembari
terharu. “Mba, ojo ngomong koyo ngono, kabeh uwong duwe kesempatan dan
pastine iso tercapai tentunya dengan izin Allah dan usaha, tawakal serta doa
yang beriring. Ojo putus asa mba, aku yakin sampeyan bisa. Yakin tenanan
mbak!!!” Jawab Rahma dengan logat jawa indonesianya. Membuat diri ini
semangat terhibur dengan nasihat lembutnya. “ Terimakasih banyak Rahma, barakallah
fiik” dengan bahagia ku berkata padanya. “wa fiiki barakallah, Mba”.
Jawab Rahma dengan senyuman termanisnya.
Seiring
berjalannya waktu semakin mendekati hari yang dinanti-nanti di akhir masa
santri. Sekitar seminggu sebelumnya, ini adalah waktuku dan icha untuk
mengikuti tes universitas di Jakarta. Tak terbayang ketika kita sampai di kota
metropolitan yang tak pernah kudatangi sebelumnya. Decak kagum saat kumelihat
bangunan-bangunan tinggi menjulang terhampar di Kota Jakarta. Alhamdulillah, semua
proses tes berjalan lancar sesuai kemampuan dan kemantapan kami.
Hingga mendekati
hari wisuda, aku masih dan akan terus bersikukuh untuk hanya memilih STID
Mohammad Natsir, meski tes kelulusan belum juga diumumkan. Harap-harap cemas
menanti jawaban yang belum pasti, karena pendaftar sekitar ratusan dan yang
diterima sekitar puluhan. Sholat hajat selalu dan jarang absen kulaksanakan
setiap harinya. Terkadang terbesit rasa ragu saat melihat kawan seperjuangan
mendaftarkan diri mereka di berbagai universitas. Namun aku harus terus
konsisten.
Tibalah pula hari
yang dinantikan kita semua dalam prosesi wisuda. Semua tangis tawa canda nan
haru mewarnai hari bersejarah itu. Masing-masing Orangtua berdatangan tak
melewatkan masa itu. Hal yang tersedih adalah ketika kita semua harus berpisah
jauh. Semua tinggallah kenangan hangat yang terekam dalam setiap pribadi.
Cerita baru nan
haru pun bercampur. Saat pembicaraan kini telah beralih berbeda dengan
pembahasan tempat kuliah selanjutnya. “Kawan kamu kuliahnya dimana?” atau
“gemana sudah diterima di universitas yang diinginkan?” dan berbagai banyak
pertanyaan yang terdengar diantara keramaian acara prosesi wisuda kala itu. Aku
pun terus menguatkan diri .
Sekitar 1 bulan
setelah kelulusan pondok, aku terkadang rindu dan ingin kembali memutar episode
kehidupan pesantren kala itu. Kini semua kawan seperjuanganku telah sibuk
masing-masing menyiapkan segala hal untuk kelanjutan pendidikan. Aku dan Icha
masing cemas menunggu hasil kelulusan kuliah. Dan tak ada tempat lain yang kami
pilih bila tak diterima di STID. Bismillah, kami sama-sama terus berdoa
dan bertawakal pada Sang Pemilik Segala Kekuasaan.
Tak pernah kami
kehilangan informasi kelulusan, karena adanya pengunduran pengumuman yang
membuat kita semakin deg-degan. Hingga tiba pada suatu malam, malam itu
keheningan malam menemani rasa penasaran dalam kesendirianku didepan laptop
hitam milik bapak. Malam ini tepatnya malam pengumuman kelulusan tes masuk
STID. Sembari ku meng chatt sahabat karib dan teman-teman lainnya
harap-harap cemas ku menutup membuka mata membuka hasil. Saat aku membuka mata
ini. Alhamdulillah bahagia nan haru kami berdua lolos tes. Bahagia sungguh.
Allah sangat tahu hal yang terbaik untuk hamba-Nya. Disilah kumulai menyadari
akan kejahilan diri.
3 bulan berlalu
dengan cepat, kulangkahkan kaki ini sungguh untuk merantau guna menimba ilmu ke
kota Jakarta. Saat perjalanan pun kumulai sadar akan arti semua ini. Ini adalah
jalan terbaik bagiku. Insyaa Allah.
Hari demi hari
kulalui banyak hal, telah banyak pelajaran kehidupan yang kudapatkan dan
membuatku semakin tersadar akan harapan ini.
Kala itu disamping
bangunan tegak berwarna putih. Langit yang mulai gelap dengan bertaburkan rona
hitam antara putih dan birunya langit seakan mengingatkanku tentang suatu hal,
bahwa segala suka dan duka kehidupan indah diatas takdirNya namun keluhan
seorang manusia terhadap kehidupan yang terus menghujam dinding kehidupan kian
meretakkan nan kian merobohhkan. Astaghfirullah. Ketika rintikan hujan
pun membasahi alam memberikan sumber kehidupan makhluk disegala penjuru tempat
dan akan diakhiri dengan pelangi yang memancarkan keelokkannya semakin
menguatkan diri ini bahwa keras, perih dan jua lelahnya dalam perjalanan
menimba ilmu itu bukanlah hal yang mudah bahwa semua perjalanan panjang ini
harus dilewati dengan perjuangan yang dibalut dengan kekuatan baja yang
mengakar kuat dan hingga akhirnya nanti akan menuaikan hasil seindah pelangi
yang menggembirakan hati atau bahkan mungkin lebih dari itu karena rencana
Allah itu memang sangatlah indah dan tak terduga duga dan jua bahwa sebuah usaha
tak akan pernah membohongi hasil. Diri ini pun teringatkan dengan sebuah
mahfudzot yang bermakna “Barangsiapa menanam akan menuai”. Sudah seharusnya
hati ini bersikap dewasa pula, karena perjalanan ini baru dimulai, masih
pemanasan yang mantap agar kelak saat action nggak mudah tumbang.
MaasyaAllah indahnya kuasa Sang Maha Pemilik jiwa, terpikat hati kala membaca
ayat alam yang terhampar. Kembali senyum ini merekah dan menanamkan semangat
yang kian menggelora untuk melanjutkan perjalanan panjang penuh perjuangan ini.
Alhamdulillah.
Insyaallah inilah jalan da’wah ku yang akan terlewati dengan pena pena
mungil. Banyak hal yang telah kuikuti dari segi organisasi. Karena hal ini tak
dapatkan di perkuliahan. Dari pengalaman ku belajar banyak hal. Alhamdulillah
atas limpahan nikmat-Nya. Dari pengalaman menjadi mc saat acara-acara
besar, bagian idzaah selama 2 semester, kompus bagian mading selama
setahun, panitia-panitia saat dauroh, lomba-lomba, bagian muroqobah
selama 1 semester, kemudian bagian sekretaris TPA, Kompus dan bahasa.
Alhamdulillah
banyak hal yang semakin menyadarkan diri akan harapan yang dulu pernah sempat
terlintas akan tak tercapai. Mungkin ini sebagian sepenggal kisah perjalanan
yang menjadikan bekal dimasa mendatang. Insyaallah. “Jazakillah Khiaran
STID yang telah banyak mengajarkan banyak hal tentang kehidupan. Tempat dimana
tak pernah kudapatkan sebelumnya. Masyaallah dosen-dosen, pengajar,
staff dan semuanya yang mengajarkan banyak hal tentang kehidupan”. Gumamku
dalam keheningan malam.