Bismillah, Assalamu’alaykum
warahmatullahi wabarakatuh
Selamat membaca
saudara dunia akhirat,
Ini adalah nasihat
untukku, untukmu dan kita semua
Semoga bermanfaat dan
menjadikan kita pribadi yang lebih baik
Artikel yang berjudul
“Menggapai emas keikhlasan”,
Semoga kita dapat
meraihnya, Aamiin yaa Rabbal ‘Alamiin
Betapa sulitnya menggenggam
keikhlasan hati ketika beramal. Badai godaan yang diembuskan beribu-ribu setan
melimbungkan badan. Belum lagi letusan dahsyat riya dan ujub yang kian
merapuhkan ikhlas dalam dada. Walau kita tahu, bahwa amalan tanpa dibungkus
keikhlasan hanya akan berakhir seperti debu yang diterbangkan angin.
Kemuliaan amalan sebanding
dengan keteguhan dan kegigihan hati kita dalam menjaga keikhlasan. Dua hal ini
hanya mampu dibangun dengan latihan, proses yang berkelanjutan, rutin, selalu
bersikap rendah hati, dan yang terpenting sabar melakukannya. Banyak strategi
yang dapat kita petakan untuk melindungi keikhlasan dari serbuan balatentara
setan yang bersekutu dengan riya dan ujub.
Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan
agar mendapatkan keikhlasan dalam beramal, daintaranya:
1.
Banyak Berdoa
Beliau Saw senantiasa
berdoa kepada-Nya,
” Ya Allah, aku memohon perlindungan
kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku
memohon ampun dari dosa syirik yang tidak aku ketahui” (Hr.Ahmad)
Mohonlah kepada Dzat Yang Mahakuasa akan
jalan keselamatan agar setan dilemahkan dan tidak berdaya menguasai hati kita,
agar hati ini tidak condong kepada kemaksiatan dan perbuatan dosa. Allah Yang
Maha Mendengar pasti mendengar doa kita. Walaupun hanya sebatas bersitan hati
yang paling halus dan samar sekalipun, Dia pasti akan mengabulkannya. Karena
ini adalah janji-Nya, maka tidak ada keraguan atas kepastian janji Allah. Bila
Allah telah berkehendak, tak ada seorang pun yang sanggup menghalanginya, tidak
juga iblis yang bertitel sebagai dedengkot kejahatan.
Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad)
tentang Aku, maka (jawablah) sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintahku) dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran. {Al:Baqarah(2):186}
Doa Umar bin Khattab
“Ya Allah, jadikanlah seluruh amal yang
saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya ikhlas menghadap wajah-Mu, dan jangan
jadikan sedikit pun dari amalanku karena makhluk”.
2.
Menyembunyikan
kebaikan
Langkah ini dapat
membantu menumbuhkan keikhlasan dalam hati seseorang, dikuatirkan jika
memperlihatkannya pada manusia akan menumbuhkan bibit-bibit riya dalam hati.
Karena kualitas iman dalam hati kita kadarnya berbeda-beda. Jangan pula bersu’uzhan
pada seorang ulama mumpuni yang terang-terangan melakukan kebajikan didepan
umum lalu menyerunya kepada manusia untuk melakukan seperti yang dilakukannya.
Kita tidak perlu meragukan keimanan sang syekh tersebut. Karena itu adalah
bagian dari dakwah untuk menyeru manusia melakukan amal kebajikan
sebanyak-banyaknya.
Tapi
jika belum sanggup, berusahalah untuk belajar ikhlas dengan cara menyembunyikan
amalan kita dari pandangan manusia. Iman yang belum kokoh menancap lebih mudah
terbakar api riya daripada api yang membakar kayu bakar. Masih dalam kadar iman
yang belum kukuh ini, sebaiknya amalan yang kita kerjakan dihindarkan dari
pujian manusia. Kalaupun terpaksa dilihat orang banyak, maka hendaklah dia
seperti tidak menganggap telah melakukan sebuah kebaikan agar dalam hatinya
tidak terbesit rasa bangga diri.
3.
Memandang
rendah amal kebaikan sendiri
Dalam kasus ini,
bukan berarti kita menafikan apa yang telah kita kerjakan. Yakinlah, Allah Maha
Mengetahui apa yang telah kita lakukan. Dua malaikat pencatat yang ada di kanan
dan kiri kita tidak akan pernah luput satupun mencatat kebaikan yang telah kita
lakukan, demikian juga dengan dosa dan maksiat yang kita kerjakan.
Perkataan manusia
hanya sebatas perkataan yang akan terbang diembus angin lalu, dan yang ada di
sisi Allah itulah yang sangat menentukan. Dalam hal ini, memandang rendah amal
kebaikan yang kita lakukan akan dapat mengundang keikhlasan hati. Memagari hati
dari bisikan-bisikan setan yang selalu menghasut. Betapa banyak bencana yang
dialami ileh seorang hamba ketika dia merasa bangga dengan amal kebaikan yang
dilakukannya. Perilaku semacam ini dapat menyeretnya kedalam sikap ujub (bangga
diri). Sikap tersebut akan membakar keikhlasan hati.
4.
Takut jika
Allah tidak menerima amalnya
Dan orang-orang yang
memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut, (karena mereka
tahu bahwa) sesungguhya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.{Qs. Al-Mu’minun(23):60}
Aisyah r.a menanyakan
maksud ayat ini kepada Rasulullah Saw “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud
dengan ayat, adalah orang yang mencuri, berzina dan meminun khamr kemudian dia
takut terhadap Allah?”
Rasulullah berkata, “tidak
wahai putri Abu Bakar ash-Shiddiq, yang dimaksud ayat itu adalah mereka yang
shalat, puasa, bersedeqah, namun mereka takut amal mereka tidak akan diterima
Allah”(Hr.Tirmidzi)
5.
Tidak goyah
dengan pujian
Bagi orang yang
berilmu dan cahaya iman kuat terpancar dalam hatinya, pujian dan sanjungan
justru laksana sembilu yang menyayat-nyayat hatinya. Hanya akan berbuah
kebinasaan bila perkataan yang demikian itu ditujukan membuatnya merasa bangga
dengan amalan yang dilakukannya.
6.
Membaca ayat
dan hadits motivasi maupun perkataan sahabat, tabi’in dan alim ulama serta
saudara seiman
ü ”Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus...”
-Al-Bayyinah:5-
ü “Ikhlas adalah jujurnya niat bersama Allah”
-Ibrahim
bin Adham-
(tabi’in
generasi pertengahan, w. 162 H)
ü “Peganglah
olehmu urat-urat keikhlasan, daun kesabaran, dan perasan tawadhu dan letakkan
semua ini dalam bejana takwa serta tuangkan ke atasnya air khasyyah (takut
karena mengetahui hakikat Allah) dan takut kepada Allah. Nyalakanlah ia dengan api
kesedihan, tangisan dan penyesalan. Murnikanlah ia dengan merasa diawasi terus
oleh Allah, makanlah ia dengan tangan kejujuran, minumlah ia dengan gelas
istighfar dan berkumurlah dengan sifat wara’ dan jauhkan darimu dari sifat loba
dan tamak, niscaya engkau sembuh dari penyakit jauh dari Allah.”
-Al-Fudhail
bin iyadh-
ü “Ikhlas
adalah menjadikan diam dan geraknya seorang hamba hanya untuk Allah secara
khusus”
-Sahl-
ü “Jika
engkau shalat malam, maka mintalah kepada Allah agar Dia memperbaiki hati dan
niatmu, karena engkau tidak akan bisa mengobati sesuatu yang lebih berat
daripada keduanya”
-Uwais
al- Qarni-
ü “Ikhlas
adalah misk yang disempurnakan didalam misk hati yang aromanya selalu
mengingatkan orang yang membawanya”
-Sahl
bin Abdullah at-Tustari-
ü “Barangsiapa
yang menyaksikan ikhlas dalam keikhlasannya, maka keikhlasannya itu masih
memerlukan ikhlas”
-sebagian
as-salaf-
ü “Dengan
inilah orang-orang itu menjadi tinggi derajatnya”
-Imam
Ahmad-
ü (yaitu)
Amal shalih yang kamu tidak menginginkan seseorang memujimu atasnya, kecuali
karena Allah
-Ali
bin Abi Thalib-
ü Mengikhlaskan
niat bagi para pekerja lebih berat bagi mereka daripada seluruh pekerjaan (yang
dipikulnya)
-Ayyub-
ü Ikhlas
adalah memurnikan amal dari segala hal yang mengotorinya
-Al-Harawi-
Wallahu
a’lam bisshowab.
Sumber:
Effendi Nurrahman. 2013. 1 menit
hilangkan susah. Yogyakarta. Pro-books
Dr. Ubaid bin Salim al-Amri.
2018. Dahsyatnya ikhlas bahayanya riba. Jakarta. Darul haq
Pena Mujahidah