Hi ! Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh... Ahlan Wa Sahlan to "Media Dakwah Islam" :)
Minggu, 25 Oktober 2020
Selasa, 13 Oktober 2020
Perjalanan Menuju Hidayah #1
Ta'aruf #Halaqoh1
Yogyakarta, 26 September 2020
Nama: Desi Sumarni
Panggilan: Desi ☺️
Prodi:1 KPI
Asal: Padang Sumatera Barat
Alumni: ADI Aqabah Bukittinggi
🥰🥰🥰
Nama : Syifa Rahmah Azzahra
Panggilan : Sipa
Prodi : 1 KPI
Asal : Bekasi
Alumni : SMAI Assabiquun
🥰🥰🥰
Nama : alya syuraya
Panggilan : alya
Prodi : 1 KPI
Asal : jakarta
Alumni : Pondok Pesantren Darussalam
🥰🥰🥰
Nama : bintan aqidatul mahmudah
Panggilan : bintan
Prodi : 1 PMI
Asal : Banten
Alumni : rtq mekah nusantara
🥰🥰🥰
Nama : Halimatu Jahidah
Panggilan : Halimah
Prodi : PMI
Asal : Kendari, Sulawesi tenggara
Alumni : MA Baitul Arqom Polinggona
🥰🥰🥰
Nama : Ade Pratiwi Yorissa
Panggilan : Tiwi
Prodi : PMI
Asal : Makassar, Sulawesi Selatan
Alumni : Pest. Tabiyah Takalar
🥰🥰🥰
Nama : ila junia
Panggilan : ila
Prodi : PMI
Asal : Palembang sumsel
Alumni : MA luqmanul hakim
Selasa, 06 Oktober 2020
Hijrah Sang Seribu Pena #AntologiPuisi1 (Penulis Terpilih)
Teguh akan Pendirian
Yogyakarta, 4 Agustus 2020
Perlahan.
Desiran angina cahaya menyergap
Semerbak harum menggoda
Tenang nan damai
Terasa sangat lembut
Berdiri tegak akan kehadirannya
Hingga
Saat itu pun,
Deraian, cercaan torehkan luka
Menancap tertombak katamu
Tak kuasa rasanya
Semakin ku teguhkan
Pendirian tegap
Tancapkan kemauan sungguh
Abadi di jalan mulia
Makalah Ideologi Media #JurnalistikMediaOnline
MAKALAH
IDEOLOGI MEDIA
Diajukan untuk
memenuhi salah satu mata kuliah
“Jurnalistik
Media Online”
Dosen pengampu
:
Zakariya
Hidayatullah, M. Kom.I
.
Disusun Oleh:
Eva Yulia
Yulia Ningsih
Zakiyah Al Azizi
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DA’WAH
SEKOLAH TINGGI ILMU DA’WAH MOHAMMAD NATSIR
2020/2021
KATA PENGANTAR
Jika
lautan adalah sebuah tinta, tak kan mungkin cukup untuk menuliskan dan
mengungkapkan nikmat-Nya. Dan terkadang manusia lupa akan kenikmatan yang
diberi pada sang Rabb. Maka kita sebagai hamba Allah ﷻ pandai-pandai bersyukur akan nikmat-Nya
sehingga untaian puja puji syukur kepada Allah ﷻ yang
telah melimpahkan nikmat dan rahmat. Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan
tugas makalah ini.
Untaian
kata shalawat dan salam selalu mengalir dalam setiap benak manusia pada baginda
kita sang pembawa bendera kemenangan dari kegelapan ilmu pengetahuan hingga
cerahnya wawasan. Sang Khalifah rahmatan lil’alamiin Nabi Muhammad ﷺ.
Tak
lupa kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini. Semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ………………...i
DAFTAR
ISI........................................................................................................ ………………..ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... ………………..1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ ………………..1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... ………………..1
C. Tujuan penulisan........................................................................................ ………………..1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... ………………..2
A.
Media
Massa dan Teori Kritis.………..…………………………………………………. 2
B. Ideologi dan Kepentingan Politik Media Massa………………………………………….4
C.
Bahasa
dalam Wacana Media ……...……………………………………………………..8
BAB III PENUTUP............................................................................................. ………...…….10
A.
Kesimpulan................................................................................................ ………………10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... ………………11
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Komunikasi
massa merupakan salah satu konteks komunikasi yang menerapkan teori kritis
untuk mengkaji komunikasi massa dan media massa. Dalam komunikasi massa, fungsi
media massa bukan hanya sebagai sarana yang digunakan untuk menyebarkan
informasi, namun media massa juga merupakan organisasi yang sangat kompleks
yang memainkan peran yang sangat penting dalam masyarakat terutama untuk
mempertahankan ideologi tertentu. Maka kami akan gali lebih dalam mengenai
ideologi media dan cakupannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
itu Media Massa dan Teori Kritis?
2.
Apa
itu Ideologi dan Kepentingan Politik Media Massa?
3.
Apa
itu Bahasa dalam Wacana Media?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
dan memahami Media Massa dan Teori Kritis
2.
Mengetahui
dan memahami Ideologi dan Kepentingan Politik Media Massa
3.
Mengetahui
dan memahami Bahasa dalam Wacana Media
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Media Massa dan Teori Kritis
a. Pengertian media massa
Kata media berasal dari bahsa latin medius yang secara harfiah
berarti tengah, perantara, atau pengantar. Sedangkan dalam bahasa arab, media
adalah perantara (وسائل) atau pengantar pesan
dari pengirim kepada penerima pesan.[1] Adapun
pengertian lain mengenai media masa yakni, media massa adalah media atau alat
yang digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan dari sumber kepada khalayak ramai
dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti, surat kabar, radio,
film, TV. (Cangara 2002).[2]
b. Pengertian teori kritis
Teori kritis didefinisikan sebagai sebuah
pendekatan yang mempelajari masyarakat secara dialektis dengan menganalisa
politik ekonomi, dominasi, eksploitasi, serta ideologis. Teori kritis sangat
bermanfaaat dalam mempelajari komunikasi, hal ini dikarenakan teori kritis
menyuguhkan kerangka kerja untuk menganalisa kompleksitas dan kontradiktas
serta marjinalisasi dan resistensi dalam masyarakat.
c. Hubungan Antara Media Massa dan Teori Ktitis
Berdasarkan
tradisi kritis teori komunikasi, sebagian besar teori komunikasi menurut para
ahli menitikberatkan pada media massa. Hal ini disebabkan karena memiliki
potensi untuk menyebarluaskan serta mempertahankan ideologi dominan serta
menampilkan ideology oposisi dan alternatif. Bagi beberapa ahli teori kritis ,
media merupakan bagian dari industri budaya yang menciptakan simbol-simbol dan
gambar yang dapat digunakan untuk menekan kelompok marjinal. Sedangkan secara
umum, teori kritis diterapkan untuk mempelajari atau mengkaji media.
Menurut Denis McQuail, media kritis terdiri
atas lima cabang, yang mana kelima cabang teori media kritis tersebut juga
termasuk dalam teori media massa. Adapun kelima cabang teori media kritis
tersebut yakni[3]:
1. Teori marxisme klasik
Marxisme klasik atau classical
Marxism mengacu pada teori ekonomi, filsafat, dan sosiologi yang dijelaskan
oleh Karl Marx dan Friend Rich. Berdasarkan teori marxisme klasik, media
dipandang sebagai alat yang digunakan oleh kelas penguasa untuk menyebarluaskan
ideology dominan kepada masyarakat dan menekan kelompok sosial atau kelas
sosial lainnya.
2. Teori politik-ekonomi
Para ahli teori politik-ekonomi
mempelajari atau mengkaji bahwasanya kaum elit mengintrol atau mengendalikan
institusi ekonomi seperti bank atau pasar saham, dan kemudian mencoba untuk
menunjukkan bagaimana kontrol yang digunakan kaum elit berdampak pada institusi
sosial lainnya termasuk media massa.
Menurut teori politik ekonomi, isi
media merupakan komoditas yang dapat dijual kepada pasar dan informasi yang
disebarluaskan melalui media massa mendapat pengawasan oleh pasar. Sistem
seperti ini mengarah kepada mmarjinalisasi keompok lain.
3. Frankfurt school
Frankfurt school mengembangkan teori
kritis dan mempopulerkan metode pembelajaran dialektika dengan mempertanyakan
media massa, budaya pop serta keberadaan teori sosial. Sedangkan dalam kajian
media, frabkfurt school memandang media sebagai alat untuk membentuk budaya,
menempatkan prhatian lebih banyak terhadap ide atau gagasan dibandingkan dengan
materi yang baik. Media diarahkan pada penyebaran idiologi dominasi yang
disebarkan oleh kaum elit untuk menambah keuntungan bagi kelas dominan.
Penyebaran ideology dominasi melalui media massa oleh kaum elit merupakan salah
satu contoh propaganda dalam media massa.
4. Teori hegemoni media
Teori hegemoni media atau teori hegemoni
dalam komunikasi massa berakar dari ekonomk marxis dan konsep hegemoni. Dalam
konsep hegemoni, gagasan kelas penguasa dalam masyarakat menjadi gagasan yang
berkuasa. Menurut teori hegemoni medi, media dikendalikan oleh kelas dominan
dalam kelas masyarakat dan sebagau alat untuk mengerahkan kendali atas kelas
atas masyarakat.
5. Teori kajian budaya
Terkait dengan media massa, para
ahli mengandalkan semiotika komunikasi untuk memahami makna budaya dari produk
media. Mereka melihat bagaimana isi media ditafsirkan baik oleh kelompok
dominan maupun oposisi. Dalam kajian budaya, masyarakat dipandang sebagai
bidang gagasan yang saling bersaing.
d. Manfaat mempelajari teori kritis dalam media
massa
Adapun manfaat yang terkandung dalam
mempelajari teori kritis dan media massa, diantaranya adalah:
a. Kita dapat mengetahui serta memahami teori
kritis.
b. Kita dapat mengetahui serta memahami teori
kritis dalam media massa.
c. Kita dapat mengetahui serta memahami berbagai
teori kritis dalam media massa.
B.
Ideologi dan Kepentingan Politik Media Massa
1.
Ideologi
Media
Ideologi adalah suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan
dan kepercayaan yang bersifat dinamis. Ideology merupakan cara pandang ,
membentuk karakter berpikir dalam mewujudkan keinginan atau cita-cita. Sedang
kan ideology media adalah gagasan atau nilai-nilai pokok yang diusung oleh
media massa melalui pesan-pesan yang di sampaikan kepada khalayak baik berupa
berita, iklan, film ataupun tayangan reality show.[4]
Secara garis besar dapat di bedakan dua cara pemaknaan terhadap
konsep ideology:
a.
Ideologi
dipahami sebagai sistem keyakinan yang menjadi karakter kelompok masyarakat
tertentu.
b.
Ideologi
dipahami sebagai keyakinan yang menjadi cita-cita ataupu harapan masyarakat
yang kemudian memberikan acuan dalam memandang atau memahami realitas.
Sedangkan ideologi media di kaitkan dengan citra (images) ataupun
representasi mengenai realitas masyarakat yang ditampilkan oleh media dalam
berbagai kemasan pesan yakni
pendefinisian realitas dengan cara tertentudengan menggunakan perangkat sistem
lambing, yakni makna yang terkandung dalam sistem –sistem lambang yang dapat
membantu untuk mendefinisikan ralitas, sehingga memberikan acuan bagi public
untuk berpikir, bersikap,dan memberikan respon.
Ideologi
media menitik beratkan pada pembahsan
isi media, yakni mengamati bagaimana kecenderungan media massa dalam
mempublikasikan (menyampaikan representasi tertentu) mengenai hal-hal yang
telah, sedang, dan akan terjadi pada tokoh, atau mungkin masyarakat dikawasan tertentu, kelompok etnis atau
budaya. [5]
Pada hakikatnya media memiliki peranan
dalam mengukuhkan ideologi tertentu, Eriyanto (2001:103) menjelaskan bahwa
Gramsci (filsuf Itali) membangun suatau teori yang menekankan bagaimana
penerimaan kelompok yang didominasi terhadap kehadiran kelompok dominan,
berlangsung dalam suatu proses damai tanpa tindakan kekerasan. Media dapat menjadi sarana dimana suatu
kelompok mengukuhkan posisinya dan merendahkan kelompok lain. Namun ini bukan
berarti media dapat secara sengaja merendahkan masyarakat bawah , melainkan
proses wacana mengenai bagaimana gambaran masyarakat kelas bawah dapat buruk di
media , melainkan berlangsung dalam proses yang kompleks. Hal tersebut
sebagaimana konsep hegemoni (pengaruh
kekuasaan) yang menjadi gagasan pemikiran Gramsci.
Media merupakan
wadah yang strategis dalam rangka membangun realitas sosial. Hal tersebut
mencakup berbagai macam kepentingan baik
polotik, ekonomi, sosial budaya dan agama. Dalam konteks politik dan kekuasaan,
media menjadi menjadi alat yang berpengaruh bagi kekuasaan yakni untuk
mempertahankan dominasi kekuasaan dalam kepemimpinan.
Dalam
prakteknya, suatu media melakukan seleksi terhadap wacana (berita) yang akan
siarkan. proses selektif juga dikakukan dalam penempatan terhadap berita
tertentu, pilihan kata, struktur bahasa, dan gaya bercerita yang telah
ditetapkan. Dalam kajian kritis, proses ini biasanya disebut framing, yaitu
bagaimana media membingkai sebuah peristiwa sosial dalam realitas
konstruksinya.[6]
2.
Kepentingan
politik media massa
Media massa memiliki peran penting bagi Negara dan
masyarakat.kehadiran media di tengah relasi keduanya dapat menciptakan
keseimbangan dengan adanya sharing informasi dan aspirasi. Dalam hal ini media
menjadi ruang yang potensial dalam menegakkan demokrasi.
Media massa telah di jadikan sebagai sarana untuk menyalurkan
aspirasi politik sejak zaman demokrasi liberal dan orde baru. Di era reformasi
media di harapkan menjadi ruang publik yang pada dasarnya tidak dapat luput
dari kepentingan dunia politik. Hal ini menjadikan media sebagai alat politik
yang lumrah di Negara yang menganut paham demokrasi.[7]
Dengan kata lain media hanya di jadikan sebagai alat untuk merealisasikan
kepentingan politik secara sepihak dan belum dapat menjalankan fungsinya dengan
baik yakni sebagai sarana aspirasi rakyat.
Media massa pada dasarnya adalah ruang public yang telah di atur
oleh Negara dan konstitusi. Dengan ini media televisi khususnya harus terbebas
dari campurtangan pihak tertentu dalam penggunaannya sebagai ruang publik.
Namun realitanya yang ada di media justru wacana-wacana yang saling
kontroversial yang membingungkan publik
atau di kenal dengan istilah “ pembodohan publik”.[8]
Peran utama media yakni sebagai sarana informasi bentuk-bentuk
kegiatan pemerintahan terhadap masyarakat, maka dari itu dapat kita pahami
bahwa media massa memiliki tanggung jawab kepada masyarakat.
3.
Pentingnya
media dalam politik
Media
memiliki kemampuan untuk membentuk pendapat umum, hal tersebut akan sangat
mungkin mendorong sikap dan perilaku khalayak atas isu tertentu. Menurut Mc
Quail, terdapat empat aspek yang menjadikan media sangangat penting, yakni:
a.
Media
merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan
lapangan kerja, barang dan jasa.
b.
Media
merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manejemen dan inovasi dalam
masyarakat.
c.
Media
merupakan forum yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa
kehidupan masyarakat baik nasional maupun
internasional.
d.
Media berperan sebagai sarana pengembangan
kebudayaan.
4.
Hubungan
media dengan politisi dan kegiatan komunikasi politik
Persoalan
yang paling esensial dalam komunikasi politik adalah bagaimana para politisi
dan pemerintah memanfaatkan media massa dalam membentuk citra dan publik opini
bagi partai politik atau lembaganya.
a.
Saling
ketergantungan antara media dan politikus
Dimana
politikus dan aktivis harus harus melaksanakan komunikasi politik untuk memperoleh dukungan massa atau dukungan
pendapat umum. Selain itu hubungan media massa dengan politikus bersifat saling
berkaitan, media memerlukan berita politik dan politikus dapat menjadi objek
berita atau narasumber berita.
b.
Peran
media mendukung kegiatan komunikasi politik
Kegiatan
komunikasi politik meliputi upaya untuk mencari, mempertahankan dan
meningkatkan dukungan politik. De vito menyebutkan 6 fungsi komunikasi massa
yakni:
1)
Menghibur
2)
Meyakinkan
3)
Menginformasikan
4)
Menganugerahkan
status
5)
Membius
6)
Menciptakan
rasa kebersatuan.
Ke enam fungsi tersebut tentunya sangat mendukung berbagai kegiatan
politik, khususnya pada fungsi meyakinkan.
C.
Bahasa dalam Wacana Media
Bahasa
adalah sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan atau pesan dari orang lain
baik secara lisan maupun tertulis[9]
Wacana
adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan
proposisi yang lainnya, menbentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna
yang serasi dia antara kalimat-kalimat itu. Sedangkan wacana menurut Cook
adalah suatu penggunaan bahasa dalam komunikasi, baik secara lisan maupun
tulisan.[10]
Media
menurut Hamidjojo adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia
untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat dehingga ide,
gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. [11]
Maka,
melalui arti dari media dan wacana berarti pemaknaan isi berupa kata-kata,
ekspresi ide yang tersampaikan oleh media sebagai alat komunikasi massa
terhadap masyarakat. Jadi, bentuk fisik dari adanya wacana adalah
konteks-konteks yang ditonjolkan dan dibahas di dalam teks dari media.
Contohnya
yakni pada media televisi terdapat berita yang berisi tentang pembahasan
mengenai penodaan Agama, disini para pelaku media menyusun bagaimana cara untuk
memengaruhi pendapat masyarakat mengenai kasus tersebut melalui teks-teks dan
simbol-simbol yang terdapat di dalamnya Tujuannya adalah untuk memberikan
informasi kepada orang lain.[12]
Bahasa merupakan salah satu sistem tanda (signs) itu. Dengan bahasa
manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Dengan bahasa kita dapat
mengungkapkan apa yang ada dipikiran kita kepada lawan bicara, demikian juga
sebaliknya. Dengan bahasa, kita mengetahui sejarah masa lalu. Dengan bahasa,
kita dapat membaca lingkungan sosial di sekitar kita. Dengan bahasa, kita dapat
memahami orang atau kelompok lain, demikian juga sebaliknya.
Pemilihan kosakata, dan kalimat tertentu untuk menggambarkan sebuah
peristiwa yang terjadi, dengan harapan mengarahkan persepsi khalayak untuk
berpikir sesuai dengan yang diinginkan media atau dalam rangka membentuk opini
publik, merupakan rantai kemenangan yang harus dilakukan oleh media.
Media massa sebagai simbol ruang publik, yang di dalamnya bahasa
dan simbol-simbol diproduksi dan disebarkan. Media massa membentuk sebuah ruang
tempat berlangsungnya perang bahasa atau perang simbol untuk memperebutkan
ruang penerimaan publik atas gagasan-gagasan ideologi yang diperjuangkan.[13]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ideologi media adalah gagasan atau
nilai-nilai pokok yang diusung oleh media massa melalui pesan-pesan yang di
sampaikan kepada khalayak baik berupa berita, iklan, film ataupun tayangan
reality show.
Media massa telah di jadikan sebagai sarana
untuk menyalurkan aspirasi politik sejak zaman demokrasi liberal dan orde baru.
Media massa pada dasarnya adalah ruang public yang telah di atur oleh Negara
dan konstitusi.
Dalam konteks politik dan kekuasaan, media
menjadi menjadi alat yang berpengaruh bagi kekuasaan yakni untuk mempertahankan
dominasi kekuasaan dalam kepemimpinan. komunikasi politik adalah bagaimana para
politisi dan pemerintah memanfaatkan media massa dalam membentuk citra dan
publik opini bagi partai politik atau lembaganya.
Hubungan antara media massa dan teori
kritis bagi beberapa ahli teori kritis , media merupakan bagian dari industri
budaya yang menciptakan simbol-simbol dan gambar yang dapat digunakan untuk
menekan kelompok marjinal. Sedangkan secara umum, teori kritis diterapkan untuk
mempelajari atau mengkaji media. Manfaat mempelajari teori kritis dalam media
massa adalah kita dapat mengetahui serta memahami teori kritis dan teori kritis
dalam media massa.
Makna Bahasa dalam wacana media yakni bahasa
merupakan salah satu sistem tanda (signs) itu. Dengan bahasa manusia dapat
berkomunikasi dengan manusia lainnya. Dengan bahasa kita dapat mengungkapkan
apa yang ada dipikiran kita kepada lawan bicara, demikian juga sebaliknya.
Pemilihan kosakata, dan kalimat tertentu untuk menggambarkan sebuah peristiwa
yang terjadi, dengan harapan mengarahkan persepsi khalayak untuk berpikir
sesuai dengan yang diinginkan media atau dalam rangka membentuk opini publik,
merupakan rantai kemenangan yang harus dilakukan oleh media
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. 2013, Jakarta: Rajawali
pers.
Feliza. Tanya Jawab Pers. 1981. Armico Bandung.
https://ejournal.uin-sika.ac.id.
https://adoc.pub/berita-sebagai-representasi-ideologi-media-sebuah-telaah-kri.html .
https://mapcorner.wg.ugm.ac.id.
https://media.neliti.com/media/publications/79207-ID-struktur-wacana-dan-diksi-dalam-iklan-be.pdf.
https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/download/324/274.
[1] Azhar Arsyad.
Media Pembelajaran. 2013, Jakarta: Rajawali pers. Hal 3.
[2]https://www.kompasiana.com/amp/nur.amalina22/pengertian-media
massa_550069dfa333115c73510b26#aoh=16006837341690&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s . Diakses pada Senin 21 September 2020 pukul 17:25.
[3] https://pakarkomunikasi.com/teori-kritis-dalam-media-massa. Diakses pada Ahad, 20 September 2020 pukul 03:16.
[4] https://ejournal.uin-sika.ac.id . Diakses pada hari Jum’at 18
September 2020.
[5] https://media.neliti.com. Diakses pada hari Jum’at 18 September 2020.
[6] https://adoc.pub/berita-sebagai-representasi-ideologi-media-sebuah-telaah-kri.html . Diakses pada
hari minggu 20 september 2020.
[7] https://mapcorner.wg.ugm.ac.id. Diakses pada hari senin 21
september 2020.
[8] https://mapcorner.wg.ugm.ac.id. Diakses pada
hari senin 21 september 2020.
[9] https://media.neliti.com/media/publications/79207-ID-struktur-wacana-dan-diksi-dalam-iklan-be.pdf. Diakses pada hari Kamis, 17 September 2020
pukul 16:45.
[10]https://books.google.co.id/books?id=gBQvDwAAQBAJ&pg=PA16&dq=wacana+adalah&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjjrt2fovvrAhXkQ3wKHfx2Ax0Q6AEwA3oECAUQAg#v=onepage&q=wacana%20adalah&f=false.
Diakses pada hari Selasa, 22 September 2020.
[11]
Azhar Arsyad. Media Pembelajaran.2013. Jakarta. Rajawali Pers. Hal 4
[12] https://www.kompasiana.com/mhdfebrianto/591de469fd22bd7d72efe7b7/media-dan-wacana# Diakses pada
hari Selasa, 22 September 2020 pukul 4:12.
[13] https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah/article/download/324/274. Diakses pada hari Kamis, 17 September 2020
pukul 16:45.