Kamis, 07 Januari 2021

Menggapai Emas Keikhlasan

 Betapa sulitnya menggenggam keikhlasan hati ketika beramal. Badai godaan yang diembuskan beribu-ribu setan melimbungkan badan. Belum lagi letusan dahsyat riya dan ujub yang kian merapuhkan ikhlas dalam dada. Walau kita tahu, bahwa amalan tanpa dibungkus keikhlasan hanya akan berakhir seperti debu yang diterbangkan angin.

                Kemuliaan amalan sebanding dengan keteguhan dan kegigihan hati kita dalam menjaga keikhlasan. Dua hal ini hanya mampu dibangun dengan latihan, proses yang berkelanjutan, rutin, selalu bersikap rendah hati, dan yang terpenting sabar melakukannya. Banyak strategi yang dapat kita petakan untuk melindungi keikhlasan dari serbuan balatentara setan yang bersekutu dengan riya dan ujub.
                 Ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan agar mendapatkan keikhlasan dalam beramal, daintaranya:
1. Banyak Berdoa
Beliau Saw senantiasa berdoa kepada-Nya,
   ” Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan aku memohon ampun dari dosa syirik yang tidak aku ketahui” (Hr.Ahmad)
   Mohonlah kepada Dzat Yang Mahakuasa akan jalan keselamatan agar setan dilemahkan dan tidak berdaya menguasai hati kita, agar hati ini tidak condong kepada kemaksiatan dan perbuatan dosa. Allah Yang Maha Mendengar pasti mendengar doa kita. Walaupun hanya sebatas bersitan hati yang paling halus dan samar sekalipun, Dia pasti akan mengabulkannya. Karena ini adalah janji-Nya, maka tidak ada keraguan atas kepastian janji Allah. Bila Allah telah berkehendak, tak ada seorang pun yang sanggup menghalanginya, tidak juga iblis yang bertitel sebagai dedengkot kejahatan.
   Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah) sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintahku) dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. {Al:Baqarah(2):186}
   Doa Umar bin Khattab
   “Ya Allah, jadikanlah seluruh amal yang saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya ikhlas menghadap wajah-Mu, dan jangan jadikan sedikit pun dari amalanku karena makhluk”.
2. Menyembunyikan kebaikan
Langkah ini dapat membantu menumbuhkan keikhlasan dalam hati seseorang, dikuatirkan jika memperlihatkannya pada manusia akan menumbuhkan bibit-bibit riya dalam hati. Karena kualitas iman dalam hati kita kadarnya berbeda-beda. Jangan pula bersu’uzhan pada seorang ulama mumpuni yang terang-terangan melakukan kebajikan didepan umum lalu menyerunya kepada manusia untuk melakukan seperti yang dilakukannya. Kita tidak perlu meragukan keimanan sang syekh tersebut. Karena itu adalah bagian dari dakwah untuk menyeru manusia melakukan amal kebajikan sebanyak-banyaknya.
   Tapi jika belum sanggup, berusahalah untuk belajar ikhlas dengan cara menyembunyikan amalan kita dari pandangan manusia. Iman yang belum kokoh menancap lebih mudah terbakar api riya daripada api yang membakar kayu bakar. Masih dalam kadar iman yang belum kukuh ini, sebaiknya amalan yang kita kerjakan dihindarkan dari pujian manusia. Kalaupun terpaksa dilihat orang banyak, maka hendaklah dia seperti tidak menganggap telah melakukan sebuah kebaikan agar dalam hatinya tidak terbesit rasa bangga diri.
3. Memandang rendah amal kebaikan sendiri
Dalam kasus ini, bukan berarti kita menafikan apa yang telah kita kerjakan. Yakinlah, Allah Maha Mengetahui apa yang telah kita lakukan. Dua malaikat pencatat yang ada di kanan dan kiri kita tidak akan pernah luput satupun mencatat kebaikan yang telah kita lakukan, demikian juga dengan dosa dan maksiat yang kita kerjakan.
Perkataan manusia hanya sebatas perkataan yang akan terbang diembus angin lalu, dan yang ada di sisi Allah itulah yang sangat menentukan. Dalam hal ini, memandang rendah amal kebaikan yang kita lakukan akan dapat mengundang keikhlasan hati. Memagari hati dari bisikan-bisikan setan yang selalu menghasut. Betapa banyak bencana yang dialami ileh seorang hamba ketika dia merasa bangga dengan amal kebaikan yang dilakukannya. Perilaku semacam ini dapat menyeretnya kedalam sikap ujub (bangga diri). Sikap tersebut akan membakar keikhlasan hati.
4. Takut jika Allah tidak menerima amalnya
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.{Qs. Al-Mu’minun(23):60}
Aisyah r.a menanyakan maksud ayat ini kepada Rasulullah Saw “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan ayat, adalah orang yang mencuri, berzina dan meminun khamr kemudian dia takut terhadap Allah?”
Rasulullah berkata, “tidak wahai putri Abu Bakar ash-Shiddiq, yang dimaksud ayat itu adalah mereka yang shalat, puasa, bersedeqah, namun mereka takut amal mereka tidak akan diterima Allah”(Hr.Tirmidzi)
5. Tidak goyah dengan pujian
Bagi orang yang berilmu dan cahaya iman kuat terpancar dalam hatinya, pujian dan sanjungan justru laksana sembilu yang menyayat-nyayat hatinya. Hanya akan berbuah kebinasaan bila perkataan yang demikian itu ditujukan membuatnya merasa bangga dengan amalan yang dilakukannya.
6. Membaca ayat dan hadits motivasi maupun perkataan sahabat, tabi’in dan alim ulama serta saudara seiman

ü ”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus...”
                                                              

                                                          
 -Al-Bayyinah:5-
ü “Ikhlas adalah jujurnya niat bersama Allah”
-Ibrahim bin Adham-
(tabi’in generasi pertengahan, w. 162 H)
ü “Peganglah olehmu urat-urat keikhlasan, daun kesabaran, dan perasan tawadhu dan letakkan semua ini dalam bejana takwa serta tuangkan ke atasnya air khasyyah (takut karena mengetahui hakikat Allah) dan takut kepada Allah. Nyalakanlah ia dengan api kesedihan, tangisan dan penyesalan. Murnikanlah ia dengan merasa diawasi terus oleh Allah, makanlah ia dengan tangan kejujuran, minumlah ia dengan gelas istighfar dan berkumurlah dengan sifat wara’ dan jauhkan darimu dari sifat loba dan tamak, niscaya engkau sembuh dari penyakit jauh dari Allah.”
-Al-Fudhail bin iyadh-
ü “Ikhlas adalah menjadikan diam dan geraknya seorang hamba hanya untuk Allah secara khusus”
-Sahl-
ü “Jika engkau shalat malam, maka mintalah kepada Allah agar Dia memperbaiki hati dan niatmu, karena engkau tidak akan bisa mengobati sesuatu yang lebih berat daripada keduanya”
-Uwais al- Qarni-
ü “Ikhlas adalah misk yang disempurnakan didalam misk hati yang aromanya selalu mengingatkan orang yang membawanya”
-Sahl bin Abdullah at-Tustari-
ü “Barangsiapa yang menyaksikan ikhlas dalam keikhlasannya, maka keikhlasannya itu masih memerlukan ikhlas”
-sebagian as-salaf-
ü “Dengan inilah orang-orang itu menjadi tinggi derajatnya”
-Imam Ahmad-
ü (yaitu) Amal shalih yang kamu tidak menginginkan seseorang memujimu atasnya, kecuali karena Allah
-Ali bin Abi Thalib-
ü Mengikhlaskan niat bagi para pekerja lebih berat bagi mereka daripada seluruh pekerjaan (yang dipikulnya)
-Ayyub-
ü Ikhlas adalah memurnikan amal dari segala hal yang mengotorinya
-Al-Harawi-

Wallahu a’lam bisshowab.


Pena Mujahidah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar